Home > Humaniora > Helda Ngadiman, Perempuan di Balik Misa Ayam Berkokok

Helda Ngadiman, Perempuan di Balik Misa Ayam Berkokok

This slideshow requires JavaScript.

Helda Ngadiman sungguh menjaga estafet Novena Kanak-Kanak Yesus atau Misa Ayam Berkokok sejak persiapan Natal 2004.  Inisiatif kegiatan novena sembilan hari masa persiapan perayaan natal berasal dari pengurus Lingkungan Santo Albertus Magnus. Sedangkan nama Misa Ayam Berkokok pertama kali diberikan oleh Ignatius Harry Sandjaja sebagai Ketua Wilayah Daan Mogot sekaligus Ketua Panitia Natal 2004 pada waktu itu.

Dalam konteks kepemimpinan partisipatif di lingkungan demi paroki, barangkali Ignatius Harry Sandjaja adalah penilai bakat ulung dalam berorganisasi. Tahun 2004 itu, Ignatius Harry Sandjaja menantang setiap lingkungan di Wilayah Daan Mogot agar memberikan ide acara terbaiknya kepada panitia untuk memeriahkan Perayaan Natal 2004. Pengurus Lingkungan Santo Albertus Magnus lalu menyodorkan aktivitas novena supaya umat dewasa dan lanjut usia bisa berpartisipasi. Ide itu diterima dengan antusias oleh  Ignatius Harry Sandjaja, tetapi ia minta waktunya pada jam lima pagi sebagai tantangan bagi spritualitas umat.

Ketua Panitia Misa Ayam Berkokok pertama kali adalah Helda Ngadiman. Sejauh ini, Helda,  sapaan harian dari Ibu energik dari tiga anak ini,  bersama teamnya yang berasal dari lintas lingkungan dan teritorial, telah menukangi tujuh kali Misa Ayam Berkokok sampai tahun 2010 ini.

Misa Ayam Berkokok, menurut Helda,  bisa berlangsung karena semangat team yang berlandaskan persaudaraan.   “Untuk itu, dibutuhkan iman dan tindakan rela berkorban untuk memahami satu sama lain, sehingga semua anggota team yang terlibat bisa berpartisipasi dengan sumber daya terbaiknya,” ujar Helda sekali waktu dalam bincang-bincang informal di sebuah ruangan kerja di Paroki Santo Kristoforus Grogol Jakarta Barat.

Di Paroki Santo Kristoforus, Helda adalah bendahara warga Lingkungan Santo Albertus Magnus di Wilayah Wijayakusuma, yang merupakan wilayah pemekaran dari Wilayah Daan Mogot. Selain sibuk membuat laporan administrasi lingkungannya ke sekretariat paroki, Helda juga sibuk sebagai staf operasional MSC Mission Office Indonesia (MMOI). MMOI adalah Lembaga Sosial Resmi yang dikelola oleh Tarekat MSC (Misionaris Hati Kudus Yesus) Indonesia, yang beroperasi sejak September 2003.

Untuk bekerja sama dengan Helda, orang mudah menemuinya, asal buat janji terlebih dahulu, karena aktivis lingkungan dan paroki yang ramah itu tergolong sibuk. Selain aktif menggeluti dunia bisnis, Helda  juga menjadi anggota pengurus Seksi Liturgi Paroki Santo Kristoforus dan anggota aktif Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Paroki Santo Kristoforus.

Anak pertama dari empat bersaudara pasangan Johan Wijaya dan Rosalia itu merasa gembira bisa membantu penyelenggaraan Misa Ayam Berkokok selama tujuh tahun berturut-turut. Ada beberapa alasan.

Pertama,  acara itu memiliki tematis harian yang menjadi kekhasannya selama ini. Kedua, perumusan tema dan bacaan Kitab Sucinya merupakan hasil kerja sama para pastor paroki. Tahun ini Pastor Yohanes Purwanta MSC dan Pastor Jonas Tandayu MSC bertanggung jawab merumuskan tema hariannya. Ketiga, konselebran melibatkan para pastor Misionaris Hati Kudus Yesus dari rumah provinsialat dan para pastor bebebrapa paroki di Dekenat Jakarta Barat II. Keempat, kepanitiaannya merupakan kerja team lintas lingkungan dan kategorial. Kelima,  pelaksanaannya dalam konteks persiapan menyambut perayaan natal tahunan.

Dalam konteks kerja sama itulah,  Helda merasa pendekatan personal merupakan kunci bagi semua partisipan dalam seluruh proses Misa Ayam Berkokok itu, yang berlangsung sembilan hari pada pukul lima pagi. Apalagi, proses sosialisasinya tertata rapi dengan surat dan leaflet ke beberapa paroki tertentu juga sosialisasi di berbagai media sosial. Jadi, acara Misa Ayam Berkokok memang menghasilkan jaringan kerja sama dengan sejumlah pihak tertentu seperti kategorial, lingkungan, paroki tetangga, taraket religius, seniman, dan warga masyarakat.

Pendokumentasian

Helda, yang mewarisi kegairahan  ibunya beraktivitas pelayanan di gereja, teliti membuat laporan aktivitas pastoral, baik di lingkungan St. Albertus Magnus maupun kepanitiaan semisal Misa Ayam Berkokok ini.  Helda sabar meminta detil laporan keuangan dan administratif rekan sekerjanya. Hal itu dilakukan Helda guna mendapatkan kerja sama dan partisipasi orang lain dalam aktivitas tersebut. Upaya Helda mendokumentasikan laporan keuangan dan administrasi itu telah berguna bagi paroki. Misalnya, dokumentasi tahunan kegiatan Misa Ayam Berkokok menjadi roadmap penyelenggaraan Misa Ayam Berkokok bagi siapa pun penerusnya kelak.

Upaya pendokumentasian ini kian relevan dengan dinamika Paroki Santo Kristoforus saat ini. Sebab, dewan paroki menyusun program kerjanya  berbasis data dari umat, oleh umat dan untuk umat.  (Lelo Yosep)

Categories: Humaniora
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment